Sabtu, 26 Februari 2011

Orang-orang yang di doakan malaikat

Insya Allah berikut inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".

(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)


2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'"

(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)


3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah .
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan"

(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)


4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf"

(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)


5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah .
Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu".

(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)


6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat .
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia"

(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)


7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah .
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'"

(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)


8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan .
Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'"

(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., Shahih Muslim no. 2733)


9. Orang – orang yang berinfak .
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'"

(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)


10. Orang yang sedang makan sahur .
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat ( berdoa ) kepada orang – orang yang sedang makan sahur"
Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa "sunnah "

(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)


11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh"

(Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12.

size="3" color="#ff00ff">Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain"

(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Baca selengkapnya......

Rabu, 16 Februari 2011

Musibah … Frustasi … Stress dan Cara Menghadapinya

* Kenapa saya diuji ?

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al-Ankabut : 2-3)

* Kenapa saya tidak mendapatkan apa yang saya idam-idamkan ?

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216)

* Kenapa ujian yang saya alami seberat ini ? Dan apa doa yang harus saya ucapkan ?

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

(Mereka berdo’a): “Rabbana la tu’akhizna in nasina au akhta’na, rabbana wa la tahmil ‘alaina isran kama hamaltahu ‘alal-lazina min qablina, rabbana wa la tuhammilna ma la taqata lana bih, wa’fu ‘anna, waghfirlana, warhamna anta maulana fansurna ‘alal-qaumil-kafirin“Artinya : Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (QS. Al-Baqarah : 286)

* Tapi bagaimana ? saya sampai frustasi memikirkan masalah saya !!!

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imron :139)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS. Al-Baqarah : 45)

* Lalu apa yang saya dapat dari semua masalah yang saya hadapi ?

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka, … Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ” (QS. At-Taubah : 111)

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah : “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung” ( QS.At-Taubah : 129 )

* Tapi saya sudah tidak tahan lagi ?

“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf : 87)

S U B H A N A L L A H

Mari kita berbenah dan terus berbenah … untuk mempersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita … Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah … Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun … selama Allah SWT menjadi “… JUST THE ONE GOAL …” Insya Allah akan ‘bahagia’ sebagaimana doa yang sering terlantun untuk kebahagiaan dunia dan akhirat AmIn....

Baca selengkapnya......

Minggu, 13 Februari 2011

JIHAD PALING BESAR MELAWAN HAWA NAFSU

Semua maklum bahawa hukum berjihad adalah wajib, tetapi bagaimana kedudukannya dalam Islam? Di dalam Islam kedudukan jihad jatuh nombor tiga setelah rukun Iman dan rukun Islam.
Mengapa jihad itu dianggap besar? Setelah Rukun Iman dan Rukun Islam, jihad adalah yang paling utama, dia menjadi nombor satu, dia jadi besar. Mengapa?

Kita cuba ambil satu ayat Quran, Allah berfirman, "Innallahastara minal mukminina anfusahum waamwalahum liannahumul jannah. "
Maksudnya, "Sesungguhnya Allah akan membeli pada diri orang-orang beriman itu dirinya dan harta-hartanya dengan balasan syurga ".

Itu tawaran Allah, karena jihad itu besar maka disuruh beli. Jihad itu ada yang lahir ada yang batin. Dari segi lahirnya jihad menentukan hidup mati Islam. Kalau ada jihad hiduplah, kalau tidak ada jihad matilah. Dari segi batin, jihad menentukan seseorang itu terbangun insaniahnya atau sebaliknya. Tidak ada jihad punahlah insaniahnya. Jihad secara lahiriah semua sudah tahu iaitu membangun ekonomi Islam, membangun sistem hidup Islam, membangun pendidikan Islam, membangun kebudayaan Islam, membangun kesihatan Islam, berperang jika terpaksa dan lain-lain. Tetapi Rasulullah SAW sangat menekankan tentang adanya jihad yang batin, maknawi atau jihad melawan hawa nafsu. Ketika balik dari satu peperangan yang dahsyat melawan kaum musyrikin, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud :

Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar. Sahabat terkejut dan bertanya, "Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ? " Baginda berkata, "Peperangan melawan hawa nafsu." (Riwayat Al Baihaqi)

Rasulullah mengajak kita untuk meninggalkan satu peperangan, satu perjuangan atau satu jihad yang kecil untuk dilatih melakukan satu perjuangan atau jihad yang besar iaitu jihad melawan nafsu. Orang yang berperang melawan nafsu ini nampak seperti duduk-duduk saja, tidaklah sesibuk orang lain, tapi sebenarnya sedang membuat kerja yang besar iaitu berjihad melawan nafsu.

Melawan hawa nafsu atau mujahadatun nafsi sangat susah. Mungkin kalau nafsu itu ada di luar jasad kita dan bisa kita pegang, mudahlah kita menekan dan membunuhnya sampai mati. Tetapi nafsu kita itu ada di dalam diri kita, mengalir bersama aliran darah dan menguasai seluruh tubuh kita. Karena itu tanpa kesedaran dan kemahuan yang sungguh-sungguh kita pasti dikalahkan untuk diperalat sekehendaknya.

Nafsu jahat dapat dikenal melalui sifat keji dan kotor yang ada pada manusia. Dalam ilmu tasawuf, nafsu jahat dan liar itu dikatakan sifat mazmumah. Di antara sifat-sifat mazmumah itu ialah sum'ah, riya', ujub, cinta dunia, gila pangkat, gila harta, banyak bicara, banyak makan, hasad, dengki, ego, dendam, buruk sangka, mementingkan diri sendiri, pemarah, tamak, serakah, bakhil, sombong dan lain-lain. Sifat-sifat itu melekat pada hati seperti daki melekat pada badan. Kalau kita malas menggosok sifat itu akan semakin kuat dan menebal pada hati kita. Sebaliknya kalau kita rajin meneliti dan kuat menggosoknya maka hati akan bersih dan jiwa akan suci.

Nafsu itulah yang lebih jahat dari syaitan. Syaitan tidak dapat mempengaruhi seseorang kalau tidak meniti di atas nafsu. Dengan kata lain, nafsu adalah 'highway' atau jalan bebas hambatan untuk syaitan. Kalau nafsu dibiarkan, akan membesar, maka semakin luaslah 'highway' syaitan. Kalaulah nafsu dapat diperangi, maka tertutuplah jalan syaitan dan tidak dapat mempengaruhi jiwa kita. Sedangkan nafsu ini sebagaimana yang digambarkan oleh ALLAH sangat jahat.

" Sesungguhnya hawa nafsu itu sangat membawa pada kejahatan "
(Yusuf: 53)

Dan ini dikuatkan lagi oleh sabda Rasulullah; "Musuh yang paling memusuhi kamu adalah nafsu yang ada di antara dua lambungmu ".

Nafsu inilah yang menjadi penghalang utama dan pertama, kemudian barulah syaitan dan golongan-golongan yang lain. Memerangi hawa nafsu lebih hebat daripada memerangi Yahudi dan Nasrani atau orang kafir. Sebab berperang dengan orang kafir cuma sekali-sekali.

Nafsulah penghalang yang paling jahat. Mengapa? Kalaulah musuh dalam selimut, itu mudah dan dapat kita hadapi. Tetapi nafsu adalah sebahagian dari badan kita. Tidak sempurna diri kita jika tidak ada nafsu. Ini yang disebut musuh dalam diri. Sebahagian diri kita, memusuhi kita. Ia adalah jizmullatif - tubuh yang halus yang tidak dapat dilihat dengan mata kepala, hanya dapat dirasa oleh mata otak (akal) atau mata hati. Oleh itu tidak dapat kita buang. Sekiranya dibuang kita pasti mati.

Nafsu adalah penghalang yang besar. Kalau hendak solat bukan mudah untuk mujahadah. Akhirnya terlambat solat subuh. Siapa yang membisikkan kepada kita? Itulah nafsu. Bukan mudah hendak berjuang dan berkorban. Bukan mudah hendak sabar apabila berhadapan dengan ujian. Bukan mudah untuk sabar, tidak berdendam dan membalas kejahatan musuh dengan doa dan kebaikan. Bukan mudah sebab nafsu tidak mahu. Begitu juga tidak mudah untuk menahan marah dan hendak memberi maaf orang yang berbuat salah dengan kita? Kita rasa terhina hendak memaafkan orang yang bersalah dengan kita. Lebih-lebih lagi kita yang bersalah, hendak minta maaf lebih sukar lagi. Terasa tergugat ego kita. Lebih-lebih bila ada jabatan dan pengaruh. Bukan mudah untuk ikut syariat, jika nafsu mengatakan jangan. Sebab itu barang siapa yang berjaya melawan hawa nafsu ia dianggap wira, hero atau pahlawan. Dianggap orang berani dan luar biasa. Sebab itu ada Hadis yang mengatakan;

"Tidak dianggap seseorang itu berani bila ia dapat mengalahkan musuhnya, tetapi dianggap berani, jika seseorang itu dapat melawan hawa nafsunya.

" Bukannya seperti yang terjadi hari ini, gelar "Tokoh" atau "wira" yang dikurniakan kepada seseorang, bila kita tinjau kehidupan mereka, kebanyakan mereka yang sudah dikalahkan oleh hawa nafsu. Itulah wira yang palsu. Wira yang sebenarnya wira ialah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya. Inilah yang dikatakan pejuang yang hakiki. Selama hawa nafsu tidak dapat diperangi selama itulah seseorang tidak akan tertuju kepada ALLAH. Tidak akan dapat benar-benar berkhidmat kepada ALLAH. Tidak akan jatuh cinta dengan ALLAH. Tidak akan memberi ketaatan yang sesungguhnya kepada ALLAH. Kalau nafsu tidak diperangi, tidak akan dapat hidup dalam kebenaran. Hidup dalam pimpinan ALLAH. Firman Allah dalam Al Qur'an maksudnya :

"Mereka yang berjuang untuk melawan hawa nafsu karena hendak menempuh jalan Kami, sesungguhnya Kami akan tunjuki jalan Kami. Sesungguhnya ALLAH itu beserta dengan orang yang buat baik".

Ini jaminan dari Allah. Siapa sanggup melawan hawa nafsu, Allah akan tunjukkan satu jalan hingga diberi kemenangan, diberi bantuan dan tertuju ke jalan yang benar. Inilah rahsia untuk mendapat pembelaan dari Allah.

Ertinya mereka mendapat pembelaan dari Allah sejak di dunia. Jadi siapa saja yang sanggup melawan hawa nafsu, dia adalah rijalullah (orang Allah, keluarga Allah, kepunyaan Allah, tentera Allah) Siapa yang menjadi kepunyaan Allah atau tentera Allah, dia akan dibantu oleh Allah. Tapi selama belum menjadi tentara Allah, sebaliknya menjadi tentera manusia atau tentera syaitan, Allah akan biarkan. Kalau diberi kemenangan, atas dasar kuat, bukan atas dasar bantuan. Manakala yang lemah akan diberi kekalahan.

Jadi seseorang itu mesti sanggup melawan hawa nafsu. Kalau tidak, banyak ajaran Islam yang terabaikan, banyak perintah ALLAH yang dilalaikan. Bila tidak dapat melawan hawa nafsu, banyak larangan ALLAH yang akan terbuat. Jadi hanya dengan melakukan mujahadatunnafsi, barulah ajaran Islam itu dapat kita amalkan sungguh-sungguh dan barulah maksiat lahir dan batin dapat kita tinggalkan, karena nafsu yang sangat menghalang itu sudah tidak ada lagi. Nafsu itu sudah kita didik, sudah kita kalahkan, dan sudah menjadi tawanan kita.

Baca selengkapnya......

Rabu, 09 Februari 2011

Islam, Iman dan Ihsan

Islam Mencakup 3 Tingkatan

Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari pernah didatangi malaikat Jibril dalam wujud seorang lelaki yang tidak dikenali jatidirinya oleh para sahabat yang ada pada saat itu, dia menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah beliau menjawab berbagai pertanyaan Jibril dan dia pun telah meninggalkan mereka, maka pada suatu kesempatan Rosululloh bertanya kepada sahabat Umar bin Khoththob, “Wahai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ?” Maka Umar menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya lah yang lebih tahu”. Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya dia itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim). Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh mengatakan: Di dalam (penggalan) hadits ini terdapat dalil bahwasanya Iman, Islam dan Ihsan semuanya diberi nama ad din/agama (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 23). Jadi agama Islam yang kita anut ini mencakup 3 tingkatan; Islam, Iman dan Ihsan. Tingkatan Islam

Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya tentang Islam beliau menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini ialah bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 14). Jadi Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah yang meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.

Tingkatan Iman

Selanjutnya Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, “Iman itu ialah engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang baik maupun yang buruk”. Jadi Iman yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang ada di dalam hati. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah pembedaan antara islam dan iman, ini terjadi apabila kedua-duanya disebutkan secara bersama-sama, maka ketika itu islam ditafsirkan dengan amalan-amalan anggota badan sedangkan iman ditafsirkan dengan amalan-amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah satunya (islam saja atau iman saja) maka sudah mencakup yang lainnya. Seperti dalam firman Alloh Ta’ala, “Dan Aku telah ridho Islam menjadi agama kalian.” (Al Ma’idah : 3) maka kata Islam di sini sudah mencakup islam dan iman… (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 17).

Tingkatan Ihsan

Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu: menyembah kepada Alloh dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, “Jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” artinya jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 21). Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin.

Bagaimana Mengkompromikan Ketiga Istilah Ini?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan yang maknanya, Bila dibandingkan dengan iman maka Ihsan itu lebih luas cakupannya bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada iman bila ditinjau dari orang yang sampai pada derajat ihsan. Sedangkan iman itu lebih luas daripada islam bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada islam bila ditinjau dari orang yang mencapai derajat iman. Maka di dalam sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya iman dan islam. Sehingga orang yang bersikap ihsan itu lebih istimewa dibandingkan orang-orang mu’min yang lain, dan orang yang mu’min itu juga lebih istimewa dibandingkan orang-orang muslim yang lain… (At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 63)

Muslim, Mu’min dan Muhsin

Oleh karena itulah para ulama’ muhaqqiq/peneliti menyatakan bahwa setiap mu’min pasti muslim, karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Dan belum tentu setiap muslim itu pasti mu’min, karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mu’min dengan iman yang sempurna. Sebagaimana Alloh Ta’ala telah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu mengatakan ‘Kami telah beriman’. Katakanlah ‘Kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan: ‘Kami telah berislam’.” (Al Hujuroot: 14). Dengan demikian jelaslah sudah bahwasanya agama ini memang memiliki tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan (At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 64)

Kesimpulan

Dari hadits serta penjelasan di atas maka teranglah bagi kita bahwasanya pembagian agama ini menjadi tingkatan Syari’at, Ma’rifat dan Hakikat tidaklah dikenal oleh para ulama baik di kalangan sahabat, tabi’in maupun tabi’ut tabi’in; generasi terbaik ummat ini. Pembagian yang syar’i adalah sebagaimana disampaikan oleh Nabi yaitu islam, iman dan ihsan dengan penjelasan sebagaimana di atas. Maka ini menunjukkan pula kepada kita alangkah berbahayanya pemahaman sufi semacam itu. Lalu bagaimana mungkin mereka bisa mencapai keridhoan Alloh Ta’ala kalau cara beribadah yang mereka tempuh justeru menyimpang dari petunjuk Rosululloh ? Alangkah benar Nabi yang telah bersabda, “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dari kami maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim). Barangsiapa yang ingin mencapai derajat muhsin maka dia pun harus muslim dan mu’min. Tidak sebagaimana anggapan tarekat sufiyah yang membolehkan orang yang telah mencapai Ma’rifat untuk meninggalkan syari’at. Wallohu a’lam.

Baca selengkapnya......

Sabtu, 05 Februari 2011

Etika Ketika Berada di Dalam Masjid

Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam. Sebagai seorang muslim, kita harus menghormatinya. Kita tak bisa sembarangan bersikap ketika di dalam masjid karena masjid ialah Rumah Allah. Tentu ada aturan dong dalam sebuah rumah? Nah, peraturan ini juga berlaku di Rumah Allah. Ada larangan dan anjuran ketika di dalam masjid, dan kita harus mematuhinya. Berikut etika, perintah, dan larangan ketika berada di dalam masjid :

Artikel asli berjudul Etika Ketika Berada di Dalam Masjid
di muhfachrizal.blogspot.com
Under Creative Commons License: Attribution
1. Berdoa di saat pergi ke masjid
Berdasarkan hadits Ibnu Abbas beliau menyebutkan “Adalah Rasulullah apabila ia keluar (rumah) pergi shalat (di masjid) berdoa, “Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, dan cahaya pada lisanku, dan jadikanlah cahaya pada pendengaranku dan cahaya pada penglihatanku, dan jadikanlah cahaya dari dari belakangku, dan cahaya dari depanku, dan jadikan cahaya dari atasku, dan cahaya dari bawahku, Ya Allah, anugrahilah aku cahaya”

2. Berjalan menuju Masjid untuk shalat dengan tenang dan khidmat
Rasulullah telah bersabda, “Apabila shalat telah di qomatkan , maka janganlah kamu datang menujunya dengan berlari, tetapi datanglah kepadanya dengan berjalan dan memperhatikan ketenangan. Maka apa (bagian shalat) yang kamu dapati ikutilah dan yang tertinggal sempurnakanlah.”

3. Berdoa di saat masuk dan keluar masjid
Disunnahkan bagi orang yang masuk masjid mendahulukan kaki kanan , kemudian bershalawat kepada Nabi lalu mengucapkan “Ya Allah bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat Mu.”

4. Disunnatkan melakukan shalat sunnah Tahiyatul Masjid bila telah masuk masjid
Rasullullah bersabda, “Apabila seseorang diantara kamu asuk masjid hendaklah shalat dua rakaat (tahiyatul masjid) sebelum duduk.”

5. Dilarang berjual-beli dan mengumumkan barang hilang di dalam Masjid
Rasullulah bersabda, “Apabila kamu melihat orang yang menjual atau membeli sesuatu di dalam masjid, maka doakanlah ‘semoga Allah tidak memberi keuntungan bagimu’. Dan apabila kamu melihat orang yang mengumumkan barang hilang, maka doakanlah ’semoga Allah tidak mengembalikan barang mu yang hilang’.“ (HR At-Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

6. Dilarang masuk ke Masjid bagi orang makan bawang putih, bawang merah, atau orang yang badannya tidak sedap
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang memakan bawang putih, bawang merah, atau bawang daun, maka jangan sekali-sekali mendekat ke masjid, karena malaikat merasa terganggu dari apa yang dengannya manusia terganggu”. (HR Muslim)

Dan termasuk juga rokok dan bau lain yang tidak sedap yang keluar dari badan atau pakaian.

7. Dilarang keluar dari Masjid sesudah adzan
Rasulullah bersabda, “Apabila muadzin telah adzan, maka jangan ada seorang pun yang keluar sebelum shalat.” (HR Al-Baihaqi dan dishahihkan Albani)

8. Tidak lewat di depan orang yang sedang shalat
Dan disunatkan bagi orang yang shalat menaruh batas di depannya. Rasulullah bersabda, “Kalau sekiranya orang yang lewat didepan orang yang sedang shalat itu mengetahui dosa perbuatannya, niscaya ia berdiri dari jarak empat puluh itu lebih baik baginya daripada lewat didepannya.“ (muttafaq ‘alaih)

9. Tidak menjadikan masjid sebagai jalan
Rasulullah bersabda, ”Janganlah kamu menjadikan masjid sebagai jalan, kecuali (sebagai tempat) untuk berzikir dan sholat.” (HR Ath-Thabrani, dinilai hasan oleh Al Albani)

Maksudnya : Jangan menjadikan masjid sebagai jalan untuk melintas ke tempat tujuan. Dengan kata lain melewati dalam masjid hanya sekedar lewat saja dengan maksud agar jalan lebih dekat sampai ke tujuan (tidak melewati jalan dipinggir masjid)

10. Tidak menyaringkan suara di dalam masjid dan tidak menggangu orang yang sedang shalat
Misalnya membiarkan Hp anda dalam keadaan aktif. Akan lebih baik di silent mode atau bahkan di-nonaktifkan terlebih dahulu sebelum sholat.

11. Hendaknya wanita tidak memakai parfum atau berhias bila akan pergi ke masjid
Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang diantara kamu (kaum wanita) ingin shalat di masjid, maka janganlah menyentuh parfum.” (HR Muslim)

Berbeda dengan kaum adam, mereka (kaum adam) disunnahkan memakai wangi-wangian.

12. Orang yang junub, wanita haid atau nifas tidak boleh masuk masjid
Allah berfirman, “(Dan jangan pula menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub kecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi”. (An-Nisa :43)

Aisyah meriwayatkan, bahwa Rasulullah telah bersabda kepadanya : “Ambillah buat saya kain alas dari masjid.” Aisyah menjawab, ”Sesungguhnya aku haid.” Nabi bersabda, “Sesungguhnya haidmu bukan ditanganmu.” (HR Muslim)

Jadi bagi orang yang sedang junub, harus bersuci (mandi junub) terlebih dahulu sabelum ke masjid.

Demikian 12 Etika Ketika Berada di Masjid. Semoga kita bisa mengamalkannya dan mendapat pahala dari Allah SWT.

Baca selengkapnya......